Temanku... Kemarin engkau datang dengan penuh keluhan. Hari ini kau mengeluh lagi. Aku bisa memahami perasaanmu, terutama ketika engkau memberikan seulas senyum. Yah... senyuman kepada sahabatmu yang kau sendiri nilai sebagai senyuman terindah yang pernah kau berikan, namun yang kau terima sebagai balasan cumanlah sebuah sikap yang dingin. Aku tahu kalau engkau marah, atau bahkan benci terhadap temanmu yang sering bersikap seperti itu. Aku tahu kalau engkau menghendaki agar ia membalasnya dengan sikap yang tepat, agar sekurang-kurangnya ia juga membalasnya dengan seulas senyum, walaupun itu mungkin bukanlah senyumannya yang terindah.
Dalam sakit hatimu kau bersumpah; ‘Tobat!!! Aku tak mau lagi bersahabat dengannya. Ia adalah jenis makhluk yang tak layak dijadikan teman.’ Dan engkau mengangkat tangan seakan hendak mendampak temanmu itu ke tempat sampah. Oh...!!! Engkau menghendaki agar ia menghilang dari peredaran yang bisa ditangkap biji matamu. Pikirmu persahabatan itu bisa diubah segampang membolak-balikan telapak tangan. ‘Oh...!! Adakah persahabatan yang kekal.’ Demikian engkau tak hentinya bertanya diri.
Temanku... Jangan cepat naik pitam. Ia tidak tersenyum karena memang saat ini ia tak bisa mengulum senyum. Ada sesuatu yang terjadi pada dirinya yang hanya dia sendiri yang tahu. Mungkin kemarin ia tak hati-hati, kakinya terantuk pada batu kasar dan kini mulai membengkak. Mungkin semalam ia harus belajar semalam suntuk hanya untuk menerima nilai yang tak sepadan. Mungkin dompetnya jatuh dan hilang sementara sakunya kini tak berisi. Mungkin ia harus bergulat dalam hatinya untuk menerima kenyataan bahwa orang yang selama ini menghuni dasar terdalam bathinnya melambaikan salam pisah. Masih ada sejuta ‘mungkin’yang bisa dijejerkan di sini, yang membuatnya tak mampu mengulas senyum.
Sekurang-kurangnya temanku..., Engkau masih bisa tersenyum. Engkau masih bisa tertawa. Tersenyumlah untuknya. Jadilah bagai sebersit sinar baginya ketika ia berada dalam kekelaman malam. Maafkan dia bila ia tak mampu memberikan seulas senyum saat ini.
Kamis, 12 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar